PEMBELAJARAN
DENGAN PENDEKATAN CEP (Chemo-Entrepreneurship) YANG BERVISI SETS (Sceince,
Environment, Technology and Society)
GUNA MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN
Abstract. The purposes of the research are
to know : (1) the use of CEP (Chemo-Entrepreneurship) approach with SETS (Science,
Environment, Technology, and Society) vision to increase the chemistry
cognitive achievement of XIth grade students of science program in
Colloid System; (2) the use of CEP (Chemo-Entrepreneurship) approach with SETS (Science,
Environment, Technology, and Society) vision to increase the chemistry
afective achievement of XIth grade students of science program in
Colloid System; (3) the use of CEP (Chemo-Entrepreneurship) approach with SETS (Science,
Environment, Technology, and Society) vision to increase the chemistry
psychomotoric achievement of XIth grade students of science program
in Colloid System; (4) the use of CEP (Chemo-Entrepreneurship) approach with SETS (Science,
Environment, Technology, and Society) vision to increase the students
activity of XIth grade students of science program in Colloid
System.
This research was carried from
March 2009 up to April 2010 and used Class Action Research. The research
location was concluded MA PPMI Assalaam Sukoharjo. The research subject was
entire of students at classes XI Science program MA PPMI Assalaam that consisted of 2 classes,
that was XI IPA 1 and XI IPA 2. Data was collected with tes method,
observation, inquiry, interview and documentation.
From the data analysis result can
be concluded that : (1) first cycle is not yet fulfil designed target from the
research, that is reached ≥ 70% of students completed learn with get
achievement of cognitive ≥ 65% and ≥ 75% for afective and psicomotor; reached ≥
70% of students active at the learning proccess. The result of first cycle is
80,55% for afective, 71,52% for psychomotor, 64,76% for cognitive and 61,11%
for active students. This result shows that learning proccess from the first cycle is not success; (2)
second cycle is fulfil supposed target from the research, that is reached ≥ 75%
of students completed learn with get achievement of cognitive ≥ 70% and ≥ 75%
for afective and psicomotor; reached ≥ 80% of students active at the learning
proccess. The result of second cycle is 88,89% for afective, 76,83% for
psychomotor, 75,51% for cognitive and 90,97% for active students. This result
shows that learning proccess from the second cycle is successfully, so that
research is stoped.
Key Words : CEP (Chemo-Entrepreneurship), SETS (Science,
Environment, Technology, and Society), cognitive, afective, psychomotor,
students activity
Pendahuluan
Saat ini di Indonesia sedang dikembangkan model
pendidikan umum dan agama dengan model pondok pesantren. Pondok pesantren yang
di Indonesia saat ini ada yang masih pesantren murni dan pondok pesantren
Modern Islam. Sistem pembelajaran pada pondok pesantren modern adalah
pengembangan sistem pendidikan agama (pondok pesantren) yang digabung dengan
pembelajaran umum yang dilaksanakan dengan sistem Boarding School. Pengembangan pendidikan pondok pesantren modern
ini mengembangkan sistem pembelajaran yang menyeimbangkan jumlah jam pelajaran
antara pendidikan agama dan pendidikan umum. Dalam proses pembelajaran pondok
pesantren modern yang dilaksanakan pada Pondok Pesantren Modern Islam (PPMI)
Assalaam Sukoharjo yang memiliki unit Madrasah Aliyah. Dalam pembelajaran yang
dilakukan jadwal yang ada sangat padat sehingga tidak ada waktu panjang untuk
bermain bagi siswa. Untuk unit Madrasah Aliyah kelas XI ada 3 kelas, yaitu XI
Ilmu Alam 1 dan kelas XI Ilmu Sosial 1 untuk kelas putra serta kelas XI Ilmu
Alam 2 untuk kelas putri. Kekhasan sistem kelas yang ada pada MA PPMI Assalaam
Sukoharjo, yang memisahkan sistem kelas berdasarkan jenis kelamin.[1]
Akibat adanya jadwal yang padat, kurangnya
disiplin waktu tidur saat di pondok saat malam serta kejenuhan tidak ada ganti
teman setiap saat serta pemisahan kelas putra dan putri menjadikan pembelajaran
yang dilaksanakan di MA PPMI Assalaam Sukoharjo kurang ditanggapi dan dirasa kurang
menarik oleh siswa. Hal ini dibuktikan setelah dilakukan pemberian angket dan
wawancara dengan siswa yang mennunjukkan bahwa (a) belajar kimia dirasa tidak
ada manfaatnya selain hanya untuk UAN (b) kimia dirasa sulit karena
pembelajaran hanya monoton tanpa adanya variasi yang seimbang antara teori dan prakteknya,
karena praktek dirasa sangat kurang, (c) siswa cenderung malas bertanya pada
guru karena diolok teman dan karena merasa tidak bisa akhirnya menjadi malas
bertanya, dan dirasa siswa lebih baik tidur dalam kelas dikarenakan terlalu
banyaknya kegiatan, (d) siswa memilih bertanya pada teman karena waktu yang ada
untuk bertemu dengan teman lebih bayak daripada dengan guru, (e) siswa
menginginkan pembelajaran yang dihubungkan ke alam (hubungan dengan masyarakat,
lingkungan dan teknologi yang berhubungan) serta dapat menjadi terapan ilmu di
kemudian hari yang bisa digunakan selain untuk UAN. Dengan kondisi seperti
tersebut maka diperlukan suatu tehnik pembelajaran yang menyenangkan dan
menarik sehingga dapat meningkatkan minat belajar siswa.[2]
Materi Sistem Koloid dirasa siswa tidak ada
gunanya jika hanya untuk UAN dan hanya satu atau dua soal saja. Serta pada
materi Sistem Koloid ini prestasi belajar yang kurang. Menurut pengamatan dan
wawancara singkat terhadap beberapa siswa angkatan sebelumnya, selama ini
pembelajaran sistem koloid dirasa kurang memberikan makna dalam kehidupan. Hal
ini dipandang karena kurangnya penjelasan guru mengenai manfaat dan
penerapannya. Maka dari hasil informasi angkatan sebelumnya maka diupayakan
melakukan pembelajaran Sistem Koloid yang bermakna dalam kehidupan.
Salah satu pengembangan sistem pembelajaran yang
di rencanakan adalah dengan pengembangan sistem pembelajaran menggunakan
pembelajaran kewirausahaan kimia (CEP) yang bervisi SETS (Science, Environment, Techology and Society) atau yang dalam
konteks bahasa Indonesia dengan Salingtemas. Dalam pembelajaran dengan
kewirausahaan kimia (CEP) menuntut dan membentuk kecakapan hidup (life skill) dan potensi diri yang dianjurkan dalam KTSP.
Konsep pendekatan CEP adalah suatu pendekatan
pembelajaran kimia yang konstektual yaitu pendekatan pembelajaran kimia yang
dikaitkan dengan objek nyata sehingga selain mendidik, dengan pendekatan CEP
ini memungkinkan siswa dapat mempelajari proses pengolahan suatu bahan menjadi
produk yang bermanfaat, bernilai ekonomi dan menumbuhkan semangat berwirausaha.
“Pembelajaran kimia dengan pendekatan CEP akan lebih menyenangkan dan memberi
kesempatan pada siswa untuk mengoptimalkan potensinya agar menghasilkan suatu
produk. Bila siswa sudah terbiasa dengan kondisi belajar yang demikian, tidak
menutup kemungkinan akan memotivasi siswa untuk berwirausaha”.[3]
Dari hasil pengamatan kelas yang dilakukan pada
kelas XI Ilmu Alam pada Madrasah Aliyah Pondok Pesantren Modern Islam Assalaam
(MA PPMI Assalaam) Sukoharjo menunjukkan bahwa (a) partisipasi siswa selama
pembelajaran cenderung hanya mencatat dan mendengarkan penjelasan guru, siswa
sulit sekali untuk mengajukan pertanyaan dan pendapat bahkan cenderung diam.
Akibatnya interaksi guru dengan siswa hanya berlangsung satu arah sehingga
suasana pembelajaran menjadi membosankan, (b) siswa kurang dapat memperhatikan
guru karena terlalu lelah dan bosan dengan banyaknya kegiatan yang ada dalam
asrama dan pergaulan yang sempit pada teman pondok, (c) tidak adanya semangat
belajar karena siswa merasa pembelajaran hanya untuk mengejar nilai UAN tanpa
adanya tujuan lain pembelajaran.[4]
Jadi dengan penggunaan pendekatan
CEP (Chemo-Entrepreneurship) bervisi SETS (Science, Environment,
Technology, and Society) diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar
kimia ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik siswa kelas XI Ilmu Alam materi
Sistem Koloid.
METODE
PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Madrasah Aliyah
Pondok Pesantren Modern Islam Assalaam (MA PPMI Assalaam) Sukoharjo Kelas XI
IPA 1 dan XI IPA 2 semester 2 tahun ajaran 2008/2009. Penelitian dilakukan pada
bulan April sampai dengan bulan Juni 2009.
B. Setting dan Karakteristik Subjek Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada kelas XI IA
MA PPMI Assalaam Sukoharjo Jawa Tengah. Kelas yang menjadi setting penelitian
adalah semua kelas XI IA 1 dan kelas XI IA 2. Dalam penelitian digunakan 2
kelas untuk memperbaiki pembelajaran pada kedua kelas tersebut.
C. Ranah Prestasi Belajar yang Diteliti
Mengingat penelitian ini berusaha mengkaji
pembelajaran, oleh karena itu, faktor yang dikaji dalam penelitian ini meliputi ranah kognitif yang mengamati prestasi
belajar siswa dalam hal prestasi belajar yang dinilai berdasarkan nilai tes
materi koloid yang diberikan kepada siswa sebelum, selama dan sesudah
dilaksanakan pembelajaran pendekatan CEP bervisi SETS; ranah afektif memberikan penilaian sikap
dan perilaku siswa selama pembelajaran pendekatan CEP bervisi SETS
dilaksanakan; ranah
psikomotor mengamati kinerja dan keaktifan siswa selama mengikuti
pembelajaran pendekatan CEP bervisi SETS dilaksanakan.
D. Proses Pembelajaran
Penelitian ini terlaksana dalam dua
siklus. Siklus pertama dengan kegiatan tatap muka 4 Jam Pelajaran. Siklus kedua
dengan kegiatan tatap muka 4 Jam Pelajaran. Tiap siklus terdiri dari: 1)
perencanaan, 2) pelaksanaan penelitian, 3) observasi, dan 4) refleksi.
E. Data dan Metode Pengumpulan Data
1.
Data
Data dalam penelitian ini diambil dari siswa dan
guru. Jenis data yang diperoleh adalah data kuantitatif dan kualitatif.
a.
Data
Kuantitatif, Data kuantitatif berupa prestasi belajar siswa meliputi nilai
kognitif, afektif dan psikomotorik pada konsep Sistem Koloid dengan pendekatan
CEP bervisi SETS.
b.
Data
Kualitatif, meliputi
keaktifan siswa selama pembelajaran, kedisiplinan siswa dalam mengikuti
pembelajaran, psikomotor siswa selama pembelajaran, tanggapan siswa terhadap
pembelajaran, dokumentasi penelitian.
2.
Metode Pengumpulan Data
Data pada penelitian ini diperoleh dengan cara tes,
observasi dan dokumentasi, (a) data prestasi belajar kognitif diperoleh dengan
pretes dan postes kepada siswa, (b) data prestasi belajar diperoleh dengan
lembar soal, (c) data afektif dan psikomotor siswa diperoleh dengan lembar
observasi pada siswa, (d) data kinerja guru dalam pembelajaran diperoleh dengan
lembar observasi kinerja guru, (e) data tentang tanggapan siswa terhadap
pembelajaran diperoleh dengan angket tanggapan siswa.
Penjelasan dari metode
pengumpulan data di atas sebagai berikut:
a.
Metode
tes. Metode ini digunakan untuk mengukur kemampuan siswa setelah melakukan
pembelajaran. Tes yang diberikan berupa soal pilihan ganda yang harus
diselesaikan siswa pada waktu yang telah
ditentukan. Dari metode tes ini akan diperoleh data prestasi belajar siswa
kelas XI IA pada konsep Sistem Koloid. Pengambilan data prestasi belajar siswa
dilakukan pada setiap siklus dan dianalisis dengan skor yang selanjutnya diubah
menjadi nilai.
b.
Metode
Observasi. Metode ini digunakan untuk mengukur indikator kerja, sikap siswa
selama pembelajaran berlangsung, kerja sama dan faktor-faktor yang dapat
dijadikan bahan pertimbangan sebelum dimulainya penelitian tindakan berikutnya.
Adapun faktor yang diperhatikan dari psikomotor adalah persiapan, urutan
kegiatan praktikum, kemahiran dalam praktikum, dan tanggung jawab terhadap
tugas. Sedangkan untuk aspek afektif yang diperhatikan adalah : kehadiran,
sikap dalam belajar, keaktifan dalam KBM, dan tanggungjawab dalam tugas
c.
Metode
Angket. Metode ini digunakan untuk
memperoleh data mengenai tanggapan, sikap /afektif dan psikomotor siswa
terhadap pembelajaran dengan mengunakan pendekatan CEP bervisi SETS. Angket
diberikan pada siswa pada setiap siklus.
d. Metode Dokumentasi. Metode ini merupakan metode yang digunakan untuk
mendukung pelaksanaan penelitian ini, yaitu berupa daftar siswa dari sekolah.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
1.
Tahap
Persiapan
Tahap persiapan dalam penelitian ini meliputi
observasi kelas, pemberian kuisioner, dan dokumentasi hasil belajar koloid
selama 2 tahun sebelumnya. Permasalahan-permasalahan yang timbul dalam
pembelajaran adalah (a) Biologi lebih disukai karena lebih terlihat
penerapannya dan lebih mempelajari ilmu yang ada manfaatnya; (b) Kimia
dipandang sulit karena terlalu banyak konsep dan rumus (baik rumus kimia maupun
rumus matematis) dan kurang dijelaskan penerapannya dalam kehidupan dan manfaat
mempelajari kimia setelah lulus; (c) Siswa lebih sering bertanya pada teman
dari pada guru karena waktu pelajaran yang terlalu singkat dengan adanya 2 guru
kimia yang mengajar pada tiap kelas, namun jika bertanya pada teman waktu lebih
banyak, karena siswa tinggal di asrama dan lebih banyak waktu bersama teman;
(d) Siswa jarang bertanya pada guru karena malas disebabkan jika siswa bertanya
maka akan diolok teman dan mereka lelah dengan kegiatan sehingga malas bertanya;
(e) Menurut siswa, jawaban yang guru berikan sudah sesuai yang diharapkan,
bahkan sangat detil, walau kadang kurang memuaskan dan kurang jelas; (f) Model
pembelajaran yang diharapkan siswa adalah mempelajari kimia yang dihubungkan
dengan lingkungan dan penerapannya setelah lulus sekolah.[5]
Dari hasil observasi, kuisioner dan wawancara
tersebut maka peneliti (yang sekaligus sebagai guru) mempunyai inisiatif
membuat pembelajaran yang menyenangkan dan dihubungkan dengan kehidupan.
2.
Hasil
siklus I
a.
Perencanaan.
Kegiatan pembelajaran yang direncanakan adalah Pembelajaran dengan Pendekatan
CEP (Chemo-Entrepreneurship) yang bervisi SETS (Science, Environment,
Technology, and Society). Instrumen yang disiapkan meliputi Silabus,
Rencana Program Pembelajaran, Modul/LKS, soal Tes Kognitif Lembar
Psikomotor untuk materi Koloid.
b.
Pelaksanaan.
Kegiatan dilakukan disesuaikan dengan Rencana Pembelajaran yang telah
dipersiapan pada sebelumnya. Pada pelaksanaannya, siswa diberikan modul/LKS
yang telah dibuat oleh Guru dan diberikan Lembar Kegiatan Kerja Laboratorium.
Dalam pelaksanaannya, kegiatan belajar mengajar dilakukan dengan semi diskusi dan
kegiatan laboratorium. Kegiatan laboratorium dilakukan dengan melihat
lingkungan sekitar apa yang dibutuhkan dan dihubungkan dengan materi yang
sedang dipelajari, yaitu Koloid. Dalam pelaksanaannya, siswa diminta mencari
informasi apa yang dibutuhkan di sekitar siswa.
c.
Observasi.
Hasil observasi siswa mengenai afektif bahwa 77,78% siswa Kelas XI IA 1 telah
memenuhi target penelitian yaitu memperoleh nilai afektif minimal 75. Namun
untuk keaktifan siswa pada proses pembelajaran ternyata belum terpenuhi target,
yaitu 70% siswa aktif. Pada kenyataannya baru 55,56% siswa aktif dalam
pembelajaran. Sedangkan 83,33% siswa Kelas XI IA 2 telah memenuhi target
penelitian yaitu memperoleh nilai afektif minimal 75. Namun untuk keaktifan
siswa pada proses pembelajaran ternyata belum terpenuhi target, yaitu 70% siswa
aktif. Pada kenyataannya baru 66,67% siswa aktif dalam pembelajaran. Dari kedua
kelas tersebut dapat diambil rata-rata bahwa 80,55% siswa memenuhi target nilai
afektif siswa minimal 70 dan 61,11% siswa aktif dalam pembelajaran, sehingga
belum memenuhi target penelitian yaitu 70% aktif.
Untuk Psikomotor, 71,50%
siswa Kelas XI IA 1 belum memenuhi target penelitian yaitu memperoleh nilai
psikomotor minimal 75. Dan 71,54% siswa Kelas XI IA 2 belum memenuhi target
penelitian yaitu memperoleh nilai psikomotor minimal 75. Dari kedua kelas
tersebut dapat diambil rata-rata bahwa 71,52% siswa belum memenuhi target nilai
psikomotor siswa minimal 75. Untuk penilaian kognitif, baru 64,76% siswa
memenuhi target hasil kognitif yaitu sebesar minimal 65 dari target penelitian
adalah sebanyak 65% siswa memenuhi kriteria minimal 65.
d.
Refleksi.
Setelah melaksanakan observasi terlihat bahwa hasil yang dicapai belum maksimal
sesuai target. Maka perlu diadakan perubahan dalam proses pembelajaran yang
dilakukan.
Gambar 1.
Grafik Pencapaian dengan Target
Dari hasil
pencapaian pada siklus I tersebut, terlihat bahwa penilaian afektif lebih
tinggi daripada penilain kognitif maupun psikomotorik. Berdasar hasil observasi
dan wawancara dengan guru mata pelajaran lain, disebabkan oleh MA Assalaam
merupakan pondok pesantren, sehingga sikap siswa / santri adalah yang utama,
dan kognitif adalah berikutnya. Dengan adanya bimbingan mental dan spiritual
yang banyak, maka nilai afektif siswa menjadi lebih tinggi daripada nilai
kognitif maupun psikomotor siswa.
Tabel 1.
Analisis per-indikator kognitif adalah :
Indikator yang
perlu diadakan perbaikan / remidiasi adalah indikator ke 3, 4, 6, dan 9. Maka
sebelum dilakukan siklus II perlu diadakan remidiasi pada indikator tersebut.
3.
Hasil
siklus II
a.
Perencanaan.
Hasil observasi siklus I menjadi dasar pada perencanaan siklus II. Dalam
pembelajaran yang akan dilakukan, guru / peneliti mengubah metode yang
digunakan, yaitu guru tidak menjadi sumber informasi, namun dengan sistem
diskusi. Instrumen yang disiapkan meliputi Silabus, Rencana Program
Pembelajaran, Modul/LKS, soal Tes Kognitif Lembar Psikomotor untuk materi Koloid.
b.
Pelaksanaan.
Pelaksanaan siklus II merupakan kegiatan pembelajaran yang dilakukan
disesuaikan dengan Rencana Pembelajaran yang telah dipersiapan pada sebelumnya.
Pada pelaksanaannya, siswa diberikan modul/LKS yang telah dibuat oleh Guru dan
diberikan Lembar Kegiatan Kerja Laboratorium. Dalam pelaksanaannya, kegiatan
belajar mengajar dilakukan dengan semi diskusi dan kegiatan laboratorium.
Kegiatan laboratorium dilakukan dengan melihat lingkungan sekitar apa yang
dibutuhkan dan dihubungkan dengan materi yang sedang dipelajari, yaitu Koloid.
Dalam pelaksanaannya, siswa diminta mencari informasi apa yang dibutuhkan di
sekitar siswa.
c.
Observasi.
Hasil observasi siswa bahwa 94,44% siswa Kelas XI IA 1 telah memenuhi target
penelitian yaitu memperoleh nilai afektif minimal 80. Namun untuk keaktifan
siswa pada proses pembelajaran ternyata belum terpenuhi target, yaitu 80% siswa
aktif. Pada kenyataannya baru 94,44% siswa aktif dalam pembelajaran. Sedangkan 83,33%
siswa Kelas XI IA 2 telah memenuhi target penelitian yaitu memperoleh nilai
afektif minimal 80. Namun untuk keaktifan siswa pada proses pembelajaran
ternyata belum terpenuhi target, yaitu 80% siswa aktif. Pada kenyataannya baru
87,50% siswa aktif dalam pembelajaran. Dari kedua kelas tersebut dapat diambil
rata-rata bahwa 88,89% siswa memenuhi target nilai afektif siswa minimal 80 dan
90,97% siswa aktif dalam pembelajaran, sehingga belum memenuhi target
penelitian yaitu 70% aktif.
Untuk psikomotor, 77,50%
siswa Kelas XI IA 1 belum memenuhi target penelitian yaitu memperoleh nilai
psikomotor minimal 80. Dan 76,83% siswa Kelas XI IA 2 belum memenuhi target
penelitian yaitu memperoleh nilai psikomotor minimal 80. Dari kedua kelas
tersebut dapat diambil rata-rata bahwa 76,83% siswa belum memenuhi target nilai
psikomotor siswa minimal 80. Dalam penilaian Kognitif, 75,71% siswa memenuhi
target hasil kognitif yaitu sebesar minimal 70 dari target penelitian adalah
sebanyak 75% siswa memenuhi kriteria minimal 70.
d.
Refleksi.
Setelah melaksanakan observasi terlihat bahwa hasil yang dicapai sudah sesuai
target. Maka penelitian tindakan kelas yang diadakan dihentikan.
Indikator yang perlu diadakan perbaikan /
remidiasi adalah indikator ke 2. Maka setelah berakhirnya pembelajaran siklus
II perlu diadakan remidiasi pada indikator tersebut.
Gambar 2. Grafik
Pencapaian dengan Target Siklus II
Sebagaimana
hasil pencapaian pada siklus I tersebut, terlihat bahwa penilaian afektif lebih
tinggi daripada penilain kognitif maupun psikomotorik. Berdasar hasil observasi
dan wawancara dengan guru mata pelajaran lain, disebabkan oleh MA Assalaam
merupakan pondok pesantren, sehingga sikap siswa / santri adalah yang utama,
dan kognitif adalah berikutnya. Dengan adanya bimbingan mental dan spiritual
yang banyak, maka nilai afektif siswa menjadi lebih tinggi daripada nilai
kognitif maupun psikomotor siswa.
Setelah
pembelajaran siklus berakhir, diberikan angket pendapat siswa tentang
pembelajaran CEP bervisi SETS. Tabulasi dari angket tersebut adalah :
1.
Pembelajaran
kimia dengan pendekatan CEP bervisi SETS menarik 90 %
2.
Dapat
memperoleh hasil pembelajaran yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari 84 %
3.
Memperoleh
pengalaman belajar yang bermanfaat 87
%
4.
Setelah
mengikuti pembelajaran kimia dengan pendekatan CEP bervisi SETS jadi mengetahui
makna koloid 75 %
5.
Setelah
mengikuti pembelajaran kimia dengan pendekatan CEP bervisi SETS menggunakan
prinsip koloid dalam kehidupan sehari-hari 75
%
6.
Pembelajaran
kimia dengan pendekatan CEP bervisi SETS mengurangi rasa malas belajar kimia 80 %
7.
Bebas
mengemukakan pertanyaan tentang hal-hal yang berkaitan dengan materi yang
diajarkan dari guru dalam mengikuti pembelajaran kimia dengan pendekatan CEP
bervisi SETS 80 %
8.
Bebas
mengemukakan pendapat atau gagasan tentang hal-hal yang berkaitan dengan materi
yang diajarkan dari guru dalam mengikuti pembelajaran kimia dengan pendekatan
CEP bervisi SETS 80 %
9.
Pada
pembelajaran kimia dengan pendekatan CEP bervisi SETS dapat dinilai aspek
kognitif, afektif dan psikomotorik 94
%
10. Penerapan pembelajaran kimia dengan
pendekatan CEP bervisi SETS perlu diteruskan dalam proses pembelajaran
selanjutnya 96
%[6]
Sedangkan
tabulasi hasil wawancara setelah diadakan angket adalah :
1. Siswa merasakan manfaat setelah belajar
dengan pendekatan CEP visi SETS, dimana siswa dapat menerapkan ilmu dan dapat
mengembangkan kreasi siswa setelah pembelajaran usai. Siswa dapat membantu
memenuhi kebutuhan masyarakat yang ramah lingkungan karena memperhatikan dampak
pada lingkungan pula.
2. Ya, mayoritas siswa menginginkan
pembelajaran dengan pendekatan CEP visi SETS digunakan pada
pembelajaran-pembelajaran yang selanjutnya, bahkan respon tidak hanya digunakan
pada mata pelajaran kimia saja.
3. Sebagian besar siswa ingin mengembangkan
ilmu pengetahuan yang didapatkan dengan banyak mempelajari ilmu pengetahuan
kemudian mencari sumber untuk menggunakan teknologi yang berhubungan.
4. Siswa mulai memperhatikan penggunaan bahan
kimia maupun olahan yang menggunakan teknologi dengan memperhatikan dampak
lingkungan, yaitu menggunakan hasil teknologi yang ramah lingkungan.[7]
Gambar 3. Grafik Pencapaian Siklus I dan
II dengan observasi awal
Pembahasan
1.
Tahap
Persiapan.
Dalam persiapan sebelum dilaksanakan penelitian
tindakan kelas, dilaksanakan observasi awal berupa dokumentasi data siswa MA
Assalaam baik data siswa yang akan diteliti maupun data nilai siswa selama 2
tahun terakhir. Data yang dibutuhkan adalah data nama siswa yang akan diteliti,
data nilai ulangan koloid selama 2 tahun terakhir serta data data nilai mid
semester 2 siswa yang akan diteliti. Dalam observasi awal terindentifikasi
bahwa permasalahan yang timbul adalah saat proses belajar mengajar berlangsung
banyak siswa yang tidak bersemangat belajar dan tertidur saat pembelajaran
berlangsung. Identifikasi dilakukan dengan cara observasi langsung dan menggali
informasi dari siswa.
Pada saat identifikasi awal terdapat beberapa
kesulitan yang timbul, diantaranya adalah Guru tidak mudah menghafal seluruh
nama siswanya, siswa kadang tidak jujur saat ditanya baik dengan angket maupun
wawancara. Hasil identifikasi masalah yang timbul yaitu siswa kurang
bersemangat saat belajar kimia karena kimia dipandang sebagai pelajaran yang
hanya mempelajari teori dan hanya diterapkan untuk menghadapi ujian nasional
saja, tidak ada aplikasi lain yang bermanfaat bagi kehidupan. Karena alasan
itulah maka siswa tidak berminat saat belajar kimia.
Pembelajaran yang dilakukan adalah dengan meminta
siswa mencari tahu kebutuhan sekitar tempat tinggal (kebetulan di dalam pondok)
kemudian disesuaikan dengan materi kimia yang diajarkan (sistem koloid). Hasil
identifikasi lingkungan yang paling dibutuhkan oleh sekitar adalah detergen dan
pewangi pakaian. Dalam penelitian ini timbul kendala saat peneliti menggunakan
pendekatan CEP bervisi SETS, karena dalam penerapan selama ini CEP belum pernah
dihubungkan dengan SETS. Bahkan dari ahli atau pencetus CEP, yaitu Supartono
dan SETS, yaitu Achmad Binadja sendiri belum pernah mengungkapkan ataupun
menggabungkan kedua metode tersebut. Peneliti mempunyai alasan tersendiri
dengan menggabungkan keduanya, karena saat berbicara mengenai entrepreneurship
maka akan dibicarakan pula mengenai teknologi yang digunakan, dampak pada
masyarakat serta pada lingkungan. Sehingga peneliti berinisiatif menggabungkan
keduanya.
2.
Siklus
I
Dalam tahap perencanaan setting yang dilakukan
adalah disesuaikan dengan kondisi yang ada dan sesuai dengan tahap persiapan
yang dilakukan. Perencanaan dilakukan dengan pembuatan Rencana Program
Pembelajaran (RPP) dan menyiapkan kelengkapan, yaitu modul, lembar kerja siswa
dan persiapan lain, diantaranya penyiapan bahan laboratorium. Kendala yang
dihadapi dalam tahap perencanaan ini adalah pembuatan RPP dan kelengkapan lain
yang disesuaikan dengan Pendekatan CEP bervisi SETS.
Dalam pelaksanaan, terdapat beberapa kendala yang
dihadapi, yaitu peneliti atau guru yang tidak dapat manghafal seluruh nama
siswa. Sehingga perlu usaha keras dalam melaksanakan penilaian afektif. Usaha
yang dilakukan adalah dengan melakukan peniaian berdasar tempat duduk
siswa-siswi. Tempat duduk siswa-siswa dengan cara undian tiap sebelum jam
pertama sehingga guru bisa meminta ketua kelas untuk membantu memberikan daftar
tempat duduk tiap pelajaran kimia berlangsung. Guru juga melakukan cross
check nama siswa dengan cara cek siswa yang dihafal atau melakukan absensi
di akhir pembelajaran. Pelaksanaan yang dilakukan tidak begitu memiliki kendala
yang signifikan.
Tahapan ketiga adalah refleksi hasil pembelajaran.
Setelah dianalisis terlihat bahwa belum mencapai semua siswa mencapai tuntas.
Juga untuk nilai kognitif belum mencapai target, yaitu taget 65% siswa tuntas
akan tetapi baru 64,76% yang mencapai tuntas. Maka dapat diambil kesimpulan
bahwa siklus I dikatakan belum berhasil dan perlu dilakukan remidiasi atau
perbaikan pada indikator yang dirasa masih lemah. Perbaikan dilakukan dengan
cara melaksanakan pembelajaran ulang pada indikator yang kurang terhadap siswa
yang kurang, kemudian melakukan uji indikator yang telah dilakukan remidiasi.
Kendala yang dihadapi dalam tahapan ini adalah waktu yang dilakukan untuk remidiasi
yang dilaksanakan di luar jam KBM, sehingga diperlukan waktu ekstra bagi guru
maupun siswa.
Tahapan terakhir adalah observasi siklus I. Dalam
tahapan observasi ini peneliti menganalisis hal-hal yang terjadi pada siklus I.
Hal yang penting dalam siklus ini adalah :
a.
Perencanaan
tidak terkendala hal yang mengganggu dengan serius;
b. Pelaksanaan siklus I tergolong terlaksana
dengan lancar;
c.
Dari
hasil refleksi diambil kesimpulan bahwa hasil belajar kognitif belum mencapai
target/ ketuntasan seperti target yang diharapkan;
d. Perlu diadakan remidiasi kepada siswa yang
lemah pada indikator tertentu dan dilakukan uji indikator akhir.
Dalam siklus I ini didapatkan hasil yang lumayan
bagus, mendekati target diharapkan. Target kognitif yang ditargetkan adalah 65
karena KKM yang ada 60 dan melihat hasil belajar siswa-siswa baik 2 tahun
sebelumnya dan angkatan siswa-siswi yang menjadi objek penelitian. Remidiasi
yang dilakukan pada waktu diluar KBM agar tidak mengurangi waktu KBM yang telah
dijadwalkan dalam silabus. Remidiasi dilakukan pada malam hari, karena Assalaam
merupakan boarding school sehingga mudah melakukan remidiasi pada waktu
malam hari. Hasil observasi ini menjadi dasar untuk melakukan perubahan
kegiatan pembelajaran pada siklus II.
3.
Siklus
II
Dari hasil observasi siklus I maka dapat
diambil kesimpulan kekurangan dan kendala yang dihadapi adalah (a) Masih banyak
anak yang kurang bersemangat dalam belajar, terbukti masih ada siswa yang
tidur; (b) Kurangnya kedisiplinan siswa yang terlihat dari masih adanya siswa
yang terlambat masuk dalam pembelajaran; (c) Terlalu lelah siswa sehingga
kurang dapat berkonsentrasi dalam pembelajaran yang berlangsung.
Tahap pertama dari siklus II adalah perencanaan
pembelajaran. Dalam perencanaannya, siswa diminta mencari bahan pembelajaran
dari internet, baik aplikasi maupun materi pembelajaran tentang sistem koloid.
Tahapan kedua adalah pelaksanaan kegiatan belajar
mengajar. Dalam kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan, sudah banyak
berkurang kemalasan siswa untuk belajar kimia. Hal ini terlihat dari perhatian
siswa terhadap pelajaran, yang dapat dilihat dari ketidak terlambatan siswa
serta tingkat jumlah siswa tidur saat jam belajar mengajar berkurang yang cukup
signifikan. Pelaksanaan pembelajaran ini dikombinasikan antara pembelajaran dua
arah, yaitu guru mengajar dan diskusi siswa. Baik yang didiskusikan hasil
pencarian materi di internet maupun hasil pembelajaran yang diberikan oleh
guru. Dalam pelaksanaannya tidak ditemui kendala yang begitu berarti, hanya
saja waktu KBM siklus II terhambat oleh adanya Ujian Nasional sehingga
pembelajaran sempat terhenti selama 1 minggu atau 2 kali pertemuan.
Dalam tahap ketiga yaitu refleksi, maka dilakukan
analisis nilai baik kognitif, afektif maupun psikomotor. Setelah dilakukan analisis
nilai, maka diketahui bahwa siklus II telah mencapai target yang diharapkan.
Maka penelitian dihentikan sampai dengan siklus II, kemudian dilakukan
pengambilan kesimpulan. Dalam refleksi ini tidak didapatkan kendala apapun yang
dialami oleh peneliti, sehingga penulis tidak mendapatkan kesulitan apapun
dalam refleksi yang kedua ini.
Tahapan terakhir adalah observasi. Dari hasil
refleksi, diketahui ada indikator yang belum dapat dinyatakan tuntas, sehingga
perlu diadakan remidiasi. Indikator yang belum tuntas adalah indikator ke-2 dan
9. setelah dilakukan analisis, indikator ke-2 belum tuntas karena dipotong
adanya Ujian Nasional sehingga siswa lupa dan guru juga kurang mengingatkan
indikator tersebut. Untuk indikator ke-9 dikarenakan siswa kurang mengerti akan
adanya penggunaan koloid dalam kehidupan sehari-hari.
4.
Pembahasan
total
Berdasarkan analisis nilai kognitif, afektif dan
psikomotor, maka kegiatan penelitian yang dilakukan dihentikan setelah siklus
II berakhir. Adapun perbandingan hasil antara siklus I dan II dapat ditunjukkan
dalan histogram di bawah ini :
Grafik 4. Plot
pencapaian hasil belajar siklus I dan siklus II
Dari grafik tersebut terlihat bahwa terjadi
kenaikan di setiap aspek hasil belajar, mulai dari kognitif, afektif,
psikomotor dan keaktifan siswa. Seluruh aspek terjadi peningkatan walau hanya
peningkatan kecil, namun dapat dikatakan penelitian tindakan kelas untuk
meningkatkan hasil belajar siswa berhasil karena telah mencapai target yang
diharapkan.
Grafik di bawah ini menunjukkan bahwa
peningkatan target hasil belajar juga diimbangi meningkatnya hasil belajar yang
dicapai.
Grafik 5. Plot pencapaian hasil belajar siklus I dan
siklus II terhadap target
Grafik 6. Plot pencapaian hasil belajar siklus I dan
siklus II dibandingkan dengan observasi awal
Kendala yang dihadapi selama penelitian yang
berlangsung adalah (a) Sulitnya menyatukan pendekatan CEP dan SETS karena ahli
sekaligus pencetus ide CEP dan SETS tidak klop / menyatu; (b) CEP masih
merupakan metode baru sehingga sulit mencari sumber / bahan acuan sehingga
diperlukan kiat yaitu menghubungi pencetus / orang yang pernah menggunakan
pendekatan tersebut; (c) Sulit dalam mengajak siswa berpikir ke depan untuk
melihat perkembangan usaha; (d) Sulit mengajak siswa mempunyai pikiran / ide
menjadi seorang entrepreneurship; (e) Biaya minimal sehingga belum
didapatkan hasil yang maksimal. Kendala-kendala yang dihadapi tersebut telah
diatasi sehingga tidak terjadi kegagalan penelitian akibat kendala tersebut.
Dari hasil penelitian yang menghasilkan kesimpulan
bahwa pendekatan CEP (Chemo-Entrepreneurship) bervisi SETS (Science,
Environment, Technology and Society) dapat meningkatkan prestasi belajar
siswa. Menurut Nuray Yörük, İnci Morgil, Nilgün Seçken, pendidikan STSE (Science,
Technology, Society and Environment) dapat merubah sikap berfikir siswa
masalah pemikiran tentang karir. Penggunaan pendekatan CEP yang bervisi SETS
dapat meningkatkan motivasi dan minat siswa dalam belajar kimia. Siswa
mengungkapkan bahwa dengan pendekatan CEP bervisi SETS mampu memberikan makna
lebih dalam belajar kimia.
KESIMPULAN DAN
SARAN
Kesimpulan
Dalam pembelajaran dengan Pendekatan CEP
bervisi SETS, siswa mendapatkan berbagai hal baru dan dirasa bermanfaat dan
memberikan makna dalam belajar kimia, sehingga tidak hanya mempelajari ilmu
pengetahuan yang hanya untuk mencapai nilai terbaik dalam UN, namun juga untuk
kehidupan ke depan. Dalam pembelajarannya, siswa diajak berpikir untuk dapat
meningkatkan kreasi dan inovasi siswa serta berpikir mengenai kewirausahaan dan
menerapkan ilmu yang diperoleh untuk mengembangkan daya kreasi dan usaha yang
berhubungan. Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian tindakan kelas ini
adalah Pendekatan CEP bervisi SETS dapat meningkatkan:
1.
nilai
kognitif siswa;
2.
nilai
afektif;
3.
nilai
psikomotor siswa;
4.
keaktifan
siswa;
5.
motivasi
dan minat siswa dalam belajar.
Saran
1. Saran untuk Kepala Sekolah :
a.
Kepala
Sekolah sebagai pemegang otoritas tertinggi di sekolah maka sebaiknya Kepala
Sekolah memberikan fasilitas yang digunakan untuk pembelajaran CEP bervisi
SETS, diantaranya laboratorium yang komplit serta akses internet bagi siswa dan
guru;
b.
Kepala
Sekolah sebaiknya mendorong Guru-Guru untuk menggunakan pendekatan CEP bervisi
SETS karena dapat meningkatkan kualitas pembelajaran.
2. Saran untuk Guru :
a.
Sebaiknya
dalam penggunaan pendekatan CEP bervisi SETS guru banyak mencari sumber / bahan
pembelajaran yang disesuaikan dengan teknologi yang dibutuhkan;
b.
Guru
dalam menggunakan pendekatan CEP bervisi SETS sebaiknya memberikan gambaran
tentang bagaimana mempunyai sikap / pemikiran berwirausaha berdasar ilmu yang
dimilikinya;
c.
Pendekatan
Entrepreneurship tidak hanya dapat digunakan pada bidang studi kimia,
sehingga sebaiknya guru mata pelajaran lain seperti Fisika, Biologi juga
menggunakannya dalam kegiatan belajar mengajar.
3. Saran untuk Peneliti :
a.
Peneliti
sebaiknya memperhatikan permasalahan yang ada sebelum melaksanakan pendekatan
CEP bervisi SETS, karena peneliti harus mampu menjadi contoh seorang entrepreneur;
b.
Peneliti
sebaiknya mempersiapkan materi dan bahan ajar yang lengkap dengan aplikasi
sebelum melakukan pembelajaran;
c.
Peneliti
sebaiknya kolaborasi dengan guru lain karena berhubungan dengan observasi yang
tidak dapat dilakukan sempurna oleh seorang observer saja.
DAFTAR PUSTAKA
Aikenhead, Glen S. and Ryan, Alan G.1992.The
Development of a New Instrument: “Views on Science-Technology-Society” (VOSTS)
(Jurnal Pendidikan). Saskatoon, Saskatchewan, Canada:University of Saskatchewan
Anni, Chatarina T, Achmad Rifa’i, Eddy Purwanto,
Daniel Purnomo. 2004. Psikologi Belajar. Semarang: UPT MKK UNNES
Ayininuola, G.M. and Olalusi, O.O.Assesment of
Building Failures in Nigeria:Lagos and Ibadan Case Study (African Journal of
Science and Technology (AJST)).Ibadan, Nigeria:University of Ibadan
Binadja, Achmad.2004. Kontribusi Mahasiswa dan
lulusan prodi pendidikan IPA S2 PPs UNNES dalam Pembelajaran Bervisi SETS di
Masing-masing Institusinya. Laporan
Penelitian.Semarang:UNNES
_______________.2005a.Pedoman Praktis
Pengembangan Bahan Pembelajaran Berdasar Kurikulum 2004 Bervisi dan
Berpendekatan SETS (Science, Environment, Technology, and Society) Atau (Sains,
Lingkungan, Teknologi, dan Masyarakat).Semarang:Laboratorium SETS UNNES
_______________.2005b.Pedoman Praktis
Pengembangan Silabus Pembelajaran Berdasar Kurikulum 2004 Bervisi dan
Berpendekatan SETS (Science, Environment, Technology, and Society) Atau (Sains,
Lingkungan, Teknologi, dan Masyarakat).Semarang:Laboratorium SETS UNNES
_______________.2006.Usulan Research Grant
Program Hibah A2 Jurusan Kimia Tahun Anggaran 2006 dengan Judul Penelitian
Peningkatan Kualitas Pembelajaran Kimia SMA Melalui Penerapan KBK Bervisi dan
Berpendekatan SETS (Science, Environment, Technology and Society).Semarang:Jurusan
Kimia FMIPA UNNES
Dahar, Ratna Wilis.1989.Teori-teori Belajar.Jakarta:Penerbit
Erlangga
Darsono, M.2002.Belajar dan Pembelajaran.Semarang:IKIP
Semarang Press
Dimyati dan Mudjiono.2002.Belajar dan
Pembelajaran.Jakarta:Depdiknas
Luppicini, Rocci.2005.A System Definition of
Educational Technology in Society (Jurnal Pendidikan).Canada:Concordia
University
María,Antonia Manassero,Mas.2001.Views on
science-technology-society questionnaire: Categories and applications (Jurnal
Pendidikan). Spanyol:Universidad de las Islas Baleares
Saptorini.2004.Strategi Belajar Mengajar Kimia
(paper kuliah). Semarang:UNNES
Slameto.2003.Belajar dan Faktor-Faktor yang
mempengaruhinya.Jakarta:Rineka Cipta
Sugiyono.2005.Statistika untuk Penelitian.Bandung:CV
Alfabeta
Schoemaker, Hubert J. P.; Schoemaker, Anne
Faulkner.1999.The three pillars of bioentrepreneurship.Amerika:Nature
America Inc.
Supartono.2006a.Upaya Peningkatan Hasil Belajar
dan Kreativitas Siswa SMA Melalui Pembelajaran Kimia dengan Pendekatan
Chemo-Enterpreneurship (CEP). Makalah yang disampaikan pada Seminar Nasional
Kimia dan Pendidikan Kimia Jurusan Kimia FMIPA UNNES tanggal 11 November 2006.Semarang:Jurusan
Kimia FMIPA UNNES
_______________.2006b.Chemo-entrepreneurship
(CEP) sebagai Pendekatan Pembelajaran Kimia yang Inovatif dan Kreatif. Artikel
Laporan Hasil Penelitian Program Hibah A2.Semarang:Jurusan Kimia FMIPA
UNNES
_______________.2006c.Peningkatan Kreativitas
Peserta Didik melalui Pembelajaran Kimia dengan Pendekatan
Chemo-Entrepreneurship (CEP), Usulan Research Grant Program Hibah A2.Semarang:Jurusan
Kimia FMIPA UNNES
Suwondo.2004.Kerja Ilmiah.Jakarta:Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan
Wragg, E. C.2000.Pengelolaan Kelas Terjemahan
Anwar Yasin.Jakarta:Grasindo
Yörük, Nuray; Morgil, İnci; Seçken, Nilgün.2009. The effects of science, technology, society
and environment (STSE) education on students’ career planning (Jurnal
Pendidikan). Ankara,
Tukey: Hacettepe University
* adalah
Dosen di STAIN Palangka Raya, Pendidikan terakhir S2 Pendidikan Sains
Universitas Sebelas Maret
[1] Hasil dokumentasi di MA PPMI Assalaam yang
didapatkan dari TU MA PPMI Assalaam dan hasil observasi awal
[2] Hasil Angket dan Wawancara dengan
Siswa MA PPMI Assalaam kelas XI. Angket merupakan angket tertutup sehingga
siswa dapat menjawab dengan jujur. Sedangkan wawancara diambil pada sebagian
santri dengan random sampling.
[3] Supartono.2006a.Upaya Peningkatan Hasil Belajar dan Kreativitas Siswa SMA Melalui
Pembelajaran Kimia dengan Pendekatan Chemo-Enterpreneurship (CEP). Makalah yang
disampaikan pada Seminar Nasional Kimia dan Pendidikan Kimia Jurusan Kimia
FMIPA UNNES tanggal 11 November 2006.Semarang:Jurusan Kimia FMIPA UNNES.
Hal. 9
Pada pembelajaran CEP ini, siswa diajak untuk
berpikir sebagai seorang wirausahawan. Pada pembelajaran ini siswa diberikan
pengalaman belajar dengan menggunakan informasi kebutuhan masyarakat dan
memberikan solusi yang tepat dengan berwirausaha dengan memenuhi kebutuhan
masyarakat. Dalam pembelajaran ini, siswa diharapkan setelah lulus mampu mengembangkan
ilmu yang didapatkan untuk berwirausaha, sehingga bagi yang tidak berkesempatan
melanjutkan ke jenjenag lebih tinggi dapat terpenuhi kebutuhan hidupnya.
[4] Hasil Observasi terhadap santri MA
Assalaam kelas XI Jurusan Ilmu Alam Kelas XI IA 1 dan XI IA 2. Observasi ini
dilakukan oleh dua observer, yaitu guru yang akan menerapkan pembelajaran CEP
bervisi SETS dan guru yang hafal betul dengan identitas siswa. Hal ini
dimaksudkan agar terjadi objektivitas dalam pengambilan data dan tidak terjadi
kesalahan data.
[5] Hasil kuisioner terhadap siswa Kelas XI
jurusan Ilmu Alam sebelum pembelajaran dengan
CEP bervisi SETS dilaksanakan. Data ini digunakan untuk menggali
permasalahan yang dihadapi siswa selama ini dalam mempelajari kimia di sekolah.
Sehingga guru mampu memberikan solusi dari pembelajaran kimia yang ada.
[6] Hasil angket terhadap santri kelas XI Ilmu
Alam setelah pembelajaran CEP bervisi SETS dilaksanakan. Hasil ini digunakan
untuk mengetahui pendapat siswa terhadap pembelajaran yang digunakan, sehingga
guru mempunyai data valid untuk melanjutkan pembelarajan yang digunakan atau
tidak lagi menggunakannya jika siswa tidak menyukai pembelajaran yang dihadapi.
Dari hasil yang ada terlihat bahwa siswa senang terhadap pembelajaran CEP
bervisi SETS, sehingga guru diberikan tantangan untuk mengembangkan lebih
lanjut kewirausahaan yang ada.
[7] Hasil wawancara terhadap santri kelas XI
Ilmu Alam setelah pembelajaran CEP bervisi SETS dilaksanakan. Wawancara
dilakukan pada siswa secara random sampling, dan dilakukan oleh guru maupun
observer non guru kimia yang melakukan pembelajaran tersebut. Sebagaimana hasil
angket di atas, hasil wawancara digunakan untuk mengetahui pendapat siswa
terhadap pembelajaran yang digunakan.